Rabu, 15 Oktober 2014

Softskill ETIKA BISNIS

PT. XYZ Sukses Makmur Tbk

Pertamakali berdiri dengan nama PT. Maju Terus Intikusuma yang didasarkan pada Akta No. 249 tanggal 15-11-1990 dan diubah kembali dengan Akta No.171 tanggal 20-6-1991, semuanya dibuat dihadapan Benny Kristanto, SH, Notaris di Jakarta dan sudah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan NO. C2-2915 HT.01.01Th.91 tanggal 12-7-1991, serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579,580 dan 581 tanggal 5-8-1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.12 tanggal 11-2-1992. Tambahan No.611 Perseroan mengubah namanya yang semula PT. Maju Terus Intikusuma menjadi PT. XYZ Sukses Makmur, berdasarkan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham yang dituangkan dalam akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5-2-1994 yang dibuat oleh Benny Kristianto, SH, Notaris di Jakarta.
Perseroan adalah Produsen mie instan yang meliputi pembuatan mi dan pembuatan bumbu mi instan serta pengolahan gandum menjadi tepung.
Fasilitas produksi untuk produk mi instan terdiri dari 14 pabrik yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan untuk bumbu mi instan terdiri dari 3 pabrik di Pulau Jawa dan untuk pengolahan gandum terdiri dari 2 pabrik di Jakarta dan Surabaya yang dìdukung oleh 1 pabrik kemasan karung tepung di Citereup.Produk dan Layanan:
Indomie, Sarimi, Supermi, Kecap Indofood, Promina, SUN, dan bumbu kaldu Indofood.
Alamat: Gedung Ariobomo Sentral Lantai 12 Jl. H.R. Rasuna Said X-2 Kav.5 Jakarta 12950.
Telepon: (021) 522 8822
Faksimili: (021) 522 6014.

Kegiatan positif :
1. Memperkerjakan masyarakat setempat sekitar pabrik guna peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengurangan pengangguran
2. Secara rutin menjadi sponsor acara acara amal yang bertujuan untuk membantu yang membutuhkan
3. Memberi sumbangan berupa uang, makanan, obat obatan maupun pakaian kepada korban bencana di Indonesia
4. Diadakannya kerja bakti secara berkala terhadap lingkungan pabrik guna menjaga kebersihan lingkungan
5. Mensejahterakan karyawan pabrik dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan memberi kompensasi gaji bonus ketika penjualan meningkat

Sabtu, 03 Mei 2014

tugas minggu ke 6


Referensi, Timbangan Buku, dan Timbangan Pustaka



Referensi
Referensi berasal dari inggris reference dan merupakan kata kerja to refer yang artinya menunjukan kepada. Buku referensi adalah buku yang dapat memberikan keterangan topik perkataan, tempat, peristiwa, data statistika, pedoman, alamat, nama orang, riwayat orang-orang terkenal. Pelayanan referensi adalah pelayanan dalam menggunakan buku-buku referensi. Di perpustakaan biasanya buku-buku referensi di kumpulkan tersendiri dan di sebut “koleksi referensi” sedangkan ruang tempat penyimpanan disebut ruang referensi. Buku-buku referensi yang karena sifatnya sebagai buku penunjuk, harus selalu tersedia di perpustakaan sehingga dapat di pakai oleh setiap orang pada setiap saat.

Timbangan Buku
Pengertian dan tujuan resensi adalah tulisan timbangan suatu hasil karya atau wawasan tentang baik dan kurang baiknya kualitas suatu tulisan yang terdapat dalam suatu karya. Resensi dapat pula diartikan sebagai suatu tulisan yang memberikan penilaian terhadap suatu karya baik fiksi maupun nonfiksi dengan cara mengungkapkansegi keunggulan dan kelemahannya secara objektif.

Tujuan penulisan resensi
§         Menimbang agar suatu hasil karya memperoleh perhatian dari orang-orang yang belum mengetahui atau membutuhkannya.
§         Memberikan penilaian dan penghargaan terhadap isi suatu hasil karya sehingga penilaian itu diketahui khalayak.
§         Melihat kesesuaian latar belakang pendidikan/penguasaan ilmu pengarang dan kesesuaian karakteristik tokoh, penokohan, atau setting dengan bahan yang disajikannya.
§         Mengungkapkan kelemahan suatu tuisan dan sistem penulisan atau alur suatu hasil karya.
§         Memberikan pujian atau kritikan yang konstruktif terhadap bobot ilmiah atau nilai sastra karya tulis seseorang

Cara Membuat Resensi
Hal-hal yang harus mendapat perhatian dari seorang resentator untuk membuat resensi
·        Resentator harus bersikap objektif terhadap sesuatu yang akan diresensi dan meninggalkan sepenuhnya sikap subjektif.
·        Resensator mempunyai wawasan yang cukup luas terhadap bahan yang akan diresensi.
·        Resensaor harus mencoba membandingkan dengan sajian bentuk lain yang memiliki kesesuaian dengan bahan yang akan diresensi.
·        Resensator harus mencoba memberikan komentar dengan acuan yang jelas dan terarah pada bagian yang diberi komentar agar tidak menimbulkan kesalahtafsiran antara resensator dengan penulis
·        Resensator harus mengungkapkan data yang diresensi secara jelas dan lengkap agar dapat dengan mudah dihibung-hubungkan di antarra keduanya oleh pembaca.
·        Resensaor harus menghindari interpretasi yang keliru terhadap bahan yang resensi dengan jalan mengetahui tujuan dan arah penulis karya tersebut

Bentuk resensi yang paling populer adalah resensi buku atau timbangan buku. Untuk meresensi buku pertama-tama kita harus membaca buku itu sampai selesai dan memahaminya. Setelah membaca buku tersebut kita akan dapat mengetahui bagaimana penulis buku mengungkapkan gagasannya sesuai dengan tujuan yang digariskannya. Bagian yang harus ada dalam karangan resensi adalah identitas buku, jenis buku, kutipan singkat/ikhtisar buku, penilaian resensator terhadap kualitas buku, dan ajakan kepada khalayak untuk mengetahui isi buku secara keseluruhan dengan jalan membaca atau memiliki buku tersebut.
a)      Identitas buku
Identitas buku meliputi: foto copy jilid luar buku atau foto buku tersebut, judul buku, pengarang, penerbit,tahun terbit, kota terbit, ukuran buku, jumlah halaman, dan harga buku.
b)      Jenis Buku
Pada bagian jenis buku, resensator mengelompokkan jenis buku tersebut berdasarkan ciri-ciri yangterdapat di dalam buku itu. Misalnya kita mengenal jenis fiksi, nonfiksi, ilmiah, nonilmiah (hiburan), buku remaja, anak-anak, dewasa, keagamaan, psikologi, dan sebagainya.
c)      Kutipan Singkat atau Ikhtisar Buku
Bagian yang mengungkapkan kutipan singkat atau ikhtisar buku tersebut adalah bagian yang menjadi idesentral buku itu. Hal itu akan diketahui jika resensator memahami seluruh isi buku itu danmenghubungkannya dengan isi buku yang diresensi. Gambaran umum tentang isi buku pun dapat digunakanuntuk mengisi bagian buku lain, tentama gambaran yang dapat “ditangkap” oleh resensator tetapi bukanmenginterpretasi.
d)      Penilaian Kualitas Buku
Penilaian terhadap kualitas suatu buku tentu saja bertolak dari pengungkapan beberapa bagian yang dapatdiunggulkan dari isi buku tersebut dan bagian yang melemahkan kualitas buku tersebut dengansikap/wawasan yang sangat luas dan sikap objeklivitas tinggi. Pada bagian ini dapat pula dimasukkan kritikterhadap isi buku.
e)      Ajakan
Ajakan dalam resensi adalah ajakan kepada pembaca yang belum memiliki atau membaca buku tersebut.Ajakan yang dimaksud bertolak dari ungkapan kualitas suatu buku yang diharapkan dapat dibaca dandipahami bagi khalayak yang belum mengetahuinya.
f)        Judul Resensi
Judul yang digunakan untuk karangan resensi merupakan gambaran kesimpulan isi buku itu secarakeseluruhan atau ciri khas dari buku yang resensi agar tampak lebih menonjolkan eksitensi isi bukutersebut. Cara lain dalam memberikan judul resensi adalah menggambarkan suatu hal yang “kecil” tetapimempunyai citra tersendiri dari buku itu dengan argumentasi yang kuat dari resensator tentang hal yangkecil itu. Dapat dikatakan judul tulisan resensi adalah “nama” atau “julukan” yang diberikan oleh seorangresensator terhadap buku yang diresensinya.

Timbangan Pustaka
Timbangan pustaka adalah menimbang atau menilai hasil-hasil penelitian yang telah Klasifikasi pembuatan resensi buku ilmiah yaitu ringkasan, deskripsi, kritik, Perbedaan karangan ragam standart dan non standart. Resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku Resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku atau ulasan buku secara tertulis yang mengemukakan pendapat seseorang tentang baik buruknya buku ditinjau dari berbagai sudut. Resensi dapat dilakukan oleh siapa saja.

tugas minggu ke 5

A. DEFINISI METODE ILMIAH Metode merupakan prosedur atau cara
seseorang dalam melakukan suatu
kegiatan untuk mempermudah
memecahkan masalah secara teratur,
sistematis, dan terkontrol. Ilmiah adalah
sesuatu keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara alami berdasarkan
bukti fisis.
Jadi, bila kita menjabarkan lebih luas dari
metode ilmiah adalah suatu proses atau
cara keilmuan dalam melakukan proses
ilmiah (science project) untuk memperoleh pengetahuan secara
sistematis berdasarkan bukti fisis.
Cara untuk memperoleh pengetahuan
atau kebenaran pada metode ilmiah
haruslah diatur oleh pertimbangan-
pertimbangan yang logis (McCleary, 1998). Ilmu pengetahuan seringkali
berhubungan dengan fakta, maka cara
mendapatkannya, jawaban-jawaban dari
semua pertanyaan yang ada pun harus
secara sistematis berdasarkan fakta-fakta
yang ada. Hubungan antara penelitian dan metode
ilmiah adalah sangat erat atau bahkan
tak terpisahkan satu dengan lainnya.
Intinya bahwa metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Dengan adanya metode ilmiah ini
pertanyaan-pertanyaan dasar dalam
mencari kebenaran seperti apakah yang
dimaksud, apakah benar demikian,
mengapa begini/begitu, seberapa jauh, bagaimana hal tersebut terjadi dan
sebagainya, akan lebih mudah terjawab. B. SIKAP ILMIAH 1. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau
sebagai dasar untuk melakukan
penelitian-penelitian demi mendapatkan
sesuatu yang baru.
2. Jujur Dalam melakukan penelitian, seorang
sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu
menerima kenyataan dari hasil
penelitiannya dan tidak mengada-ada
serta tidak boleh mengubah data hasil
penelitiannya. 3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa.
Dalam melakukan penelitian terhadap
suatu masalah tidak boleh mudah putus
asa. Seringkali dalam membuktikan suatu
masalah, penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat.
Dengan data yang akurat maka
kesimpulan yang didapat juga lebih
akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti
dalam melakukan penelitian, akan
mengurangi kesalahan-kesalahan
sehingga menghasilkan data yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh
dipengaruhi perasaan pribadi. Semua
yang dikemukakan harus berdasarkan
fakta yang diperoleh. Sikap objektif
didukung dengan sikap terbuka artinya
mau menerima pendapat yang benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang
Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim
diri kita yang paling benar atau paling
hebat. Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus
menerimanya. C. KEGUNAAN METODE ILMIAH
Dengan adanya sikap dan metode ilmiah
akan menghasilkan penemuan-
penemuan yang berkualitas tinggi dan
dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan manusia. Beberapa kegunaan metode ilmiah dalam
kehidupan manusia antara lain :
1. Membantu memecahkan
permasalahan dengan penalaran dan
pembuktian yang memuaskan.
2. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang
objektif.
3. Memecahkan atau menemukan
jawaban rahasia alam yang sebelumnya
masih teka teki. D. KRITERIA METODE ILMIAH Supaya suatu metode yang digunakan
dalam penelitian disebut metode ilmiah,
maka metode tersebut harus mempunyai
kriteria sebagai berikut:
1. Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang
akan dikumpulkan dan yang dianalisa
haruslah berdasarkan fakta-fakta yang
nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya
khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2 Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat
bebas prasangka, bersih dan jauh dari
pertimbangan subjektif. Menggunakan
suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan
pembuktian yang objektif. Apabila hasil
dari suatu penelitian, misalnya,
menunjukan bahwa ada ketidak
sesuaian dengan hipotesis, maka
kesimpulan yang diambil haruslah merujuk kepada hasil tersebut, meskipun
katakanlah, hal tersebut tidak disukai oleh
pihak pemberi dana. 3. Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta memberi arti
terhadap fenomena yang kompleks,
harus digunakan prinsip analisa. Semua
masalah harus dicari sebab-musabab
serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta
yang mendukung tidaklah dibiarkan
sebagaimana adanya atau hanya dibuat
deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian
harus dicari sebab-akibat dengan
menggunakan analisa yang tajam. 4. Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus
dituntun dalam proses berpikir dengan
menggunakan analisa. Hipotesa harus
ada untuk mengonggokkan persoalan
serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil
yang ingin diperoleh akan mengenai
sasaran dengan tepat. Hipotesa
merupakan pegangan yang khas dalam
menuntun jalan pikiran peneliti.
5. Menggunakan Ukuran Obyektif Seorang peneliti harus selalu bersikap
objektif dalam mencari kebenaran.
Semua data dan fakta yang tersaji harus
disajikan dan dianalisis secara objektif.
Pertimbangan dan penarikan kesimpulan
harus menggunakan pikiran yang jernih dan tidak berdasarkan perasaan.
6 Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran
kuantitatif yang lazim harus digunakan,
kecuali untuk artibut-artibut yang tidak
dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram,
dan sebagainya harus selalu digunakan
Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh
mata memandang, sehitam aspal, sejauh
sebatang rokok, dan sebagai¬nya
Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal,
ranking dan rating. E. LANGKAH – LANGKAH METODE
ILMIAH
1. Karakterisasi (Observasi dan
Pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada
karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi,
ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama
yang relevan yang dimiliki oleh subjek
yang diteliti. Selain itu, proses ini juga
dapat melibatkan proses penentuan
(definisi) dan observasi; observasi yang dimaksud seringkali memerlukan
pengukuran dan/atau perhitungan yang
cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan
dalam suatu tempat yang terkontrol,
seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses
atau dimanipulasi seperti bintang atau
populasi manusia. Proses pengukuran
sering memerlukan peralatan ilmiah
khusus seperti termometer, spektroskop,
atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat
dengan penemuan peralatan semacam
itu.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya
ditabulasikan dalam tabel, digambarkan
dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika
seperti korelasi dan regresi. Pengukuran
dalam karya ilmiah biasanya juga disertai
dengan estimasi ketidakpastian hasil
pengukuran tersebut. Ketidakpastian
tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas
kuantitas yang diukur.
1. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu ide atau
dugaan sementara tentang penyelesaian
masalah yang diajukan dalam proyek ilmiah. Hipotesis yang berguna akan
memungkinkan prediksi berdasarkan
deduksi. Prediksi tersebut mungkin
meramalkan hasil suatu eksperimen
dalam laboratorium atau observasi suatu
fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat
statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi
tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar
akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil
tersebut menambah probabilitas bahwa
hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah
benar. Jika hasil yang diramalkan sudah
diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan
seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.
Jika prediksi tersebut tidak dapat
diobservasi, hipotesis yang mendasari
prediksi tersebut belumlah berguna bagi
metode bersangkutan dan harus
menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai contoh, teknologi atau
teori baru boleh jadi memungkinkan
eksperimen untuk dapat dilakukan. Yang
perlu diingat, jika menurut hasil pengujian
ternyata hipotesis tidak benar bukan
berarti penelitian yang dilakukan salah. 2. Melakukan Eksperimen
Eksperimen dirancang dan dilakukan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Perhitungkan semua variabel, yaitu
semua yang berpengaruh pada
eksperimen. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu
hipotesis, melainkan meningkatkan
probabilitas kebenaran hipotesis tersebut.
Hasil eksperimen secara mutlak bisa
menyalahkan suatu hipotesis bila hasil
eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis.
Bergantung pada prediksi yang dibuat,
berupa-rupa eksperimen dapat
dilakukan. Pencatatan yang detail
sangatlah penting dalam eksperimen,
untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti
efektivitas dan keutuhan prosedur yang
dilakukan. Pencatatan juga akan
membantu dalam reproduksi
eksperimen.
Ada tiga jenis variabel yang perlu diperhatikan pada eksperimen: variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrol. Varibel bebas merupakan
variabel yang dapat diubah secara
bebas. Variabel terikat adalah variabel
yang diteliti, yang perubahannya bergantung pada variabel bebas.
Variabel kontrol adalah variabel yang
selama eksperimen dipertahankan tetap.
• Usahakan hanya satu variabel bebas
selama eksperimen.
• Pertahankan kondisi yang tetap pada variabel-variabel yang diasumsikan
konstan Catat hasil eksperimen secara
lengkap dan seksama.
3. Menyimpulkan hasil eksperimen
Proses ilmiah merupakan suatu proses
yang iteratif, yaitu berulang. Pada langkah yang manapun, seorang
ilmuwan mungkin saja mengulangi
langkah yang lebih awal karena
pertimbangan tertentu.
Ketidakberhasilan untuk membentuk
hipotesis yang menarik dapat membuat ilmuwan mempertimbangkan ulang
subjek yang sedang dipelajari.
Ketidakberhasilan suatu hipotesis dalam
menghasilkan prediksi yang menarik dan
teruji dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan kembali hipotesis tersebut atau definisi subjek penelitian.
Ketidakberhasilan eksperimen dalam
menghasilkan sesuatu yang menarik
dapat membuat ilmuwan
mempertimbangkan ulang metode
eksperimen tersebut, hipotesis yang mendasarinya, atau bahkan definisi
subjek penelitian itu. Dapat pula ilmuwan
lain memulai penelitian mereka sendiri
dan memasuki proses tersebut pada
tahap yang manapun.
Mereka dapat mengadopsi karakterisasi yang telah dilakukan dan membentuk
hipotesis mereka sendiri, atau
mengadopsi hipotesis yang telah dibuat
dan mendeduksikan prediksi mereka
sendiri. Sering kali eksperimen dalam
proses ilmiah tidak dilakukan oleh orang yang membuat prediksi, dan karakterisasi
didasarkan pada eksperimen yang
dilakukan oleh orang lain.
Jika hasil eksperimen tidak sesuai
dengan hipotesis :
• Jangan ubah hipotesis • Jangan abaikan hasil eksperimen
• Berikan alasan yang masuk akal
mengapa tidak sesuai
• Berikan cara-cara yang mungkin
dilakukan selanjutnya untuk menemukan
penyebab ketidaksesuaian • Bila cukup waktu lakukan eksperimen
sekali lagi atau susun ulang e/ksperimen

tugas minggu ke 8

Contoh Laporan Ilmiah | Macam, Ciri, dan Persyaratan Penulis Laporan Ilmiah

Penelitian akan menjadi suatu penelitian ilmiah apabila hasil penelitian ditulis dalam bentuk laporan ilmiah. Penulisan laporan ilmiah perlu dilakukan sebagai media komunikasi antara peneliti dengan pihak lainnya. Sebelum menulis laporan ilmiah, alangkah baiknya kita membuat kerangka tulisan (out line). Sebuah penelitian, sering kali mengalami keterlambatan dalam penyelesaiannya. Mengapa demikian? Hal ini sering terjadi akibat peneliti tidak mengusai sepenuhnya tentang apa dan bagaimana teknik penulisan karya ilmiah tersebut.
Biasanya, kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat yaitu ketidakkonsitenan peneliti dalam menulis. Bentuk ketidakkonsisten itu dapat terlihat dari pemetaan pemikiran, terjebak dalam data, kekurangterampilan dalam meramu tulisan, terjebak pada pola plagiarisme, dan terlampau ingin menuangkan seluruh ide kita dalam tulisan. Faktor tersebut sebenarnya akan dapat teratasi dengan baik. Satu hal yang harus kita lakukan adalah “Mulailah menulis apa yang kamu bisa!”. Jika hal ini sudah melekat dalam diri kita, akhirnya akan menjadi seorang peneliti yang dapat menulis karya ilmiah singkat atas dasar inisiatif sendiri. Jadi, sudah saatnya kita “Berlatih dan berlatih kembali untuk menjadi penulis yang andal!”
Artikel ini ditujukan untuk memberi tawaran suatu kerangka bagi guru-guru sekolah mengenai bagaimana membuat dan menyusun perencanaan dalam proses penulisan laporan ilmiah. Setiap karya dari guru sekolah yang berupa laporan ilmiah dapat berguna sebagai salah satu komponen sertifikasi yang menjadi kebutuhan dan tuntutan kompetensi guru.
Untuk itu penulis sangat senang dapat membantu rekan guru dalam memahami sebuah laporan penulisan ilmiah. Hal tersebut karena ketika rekan guru berhasil memahami laporan ilmiah, maka tidak ada halangan bagi pembaca khususnya rekan guru untuk mencapai sertifikasi sebagai salah satu kebutuhan dan kompetensi guru.
contoh laporan ilmiah

Contoh Laporan Ilmiah | Macam, Ciri, dan Persyaratan Penulis Laporan Ilmiah

Berikut akan dijelaskan mengenai  Macam, Ciri, dan Persyaratan Penulis Laporan Ilmiah.
Macam-Macam Laporan Ilmiah
Untuk mengemukakan tentang macam laporan ilmiah, penjelasan Mukayat D. Brotowidjoyo1 sangatlah berarti. Mukayat melihat bahwa informasi yang disajikan dalam laporan itu dapat bermacam-macam. Kemungkinan isinya menyangkut pekerjaan yang sedang berlangsung atau yang sudah selesai atau menyangkut hasil uji atau analisis suatu varietas benda, sajian hasil penelitian atau penyidikan. Menurutnya, sulit untuk melakukan klasifi kasi mengingat bahwa berbagai laporan sangat variatif dan sifat-sifatnya tidak menentu. Walaupun demikian menurut Mukayat beberapa ahli condong untuk membagi macam-macam laporan tersebut.
1. Laporan Periodis
Laporan yang diserahkan setiap periode reguler dan dimaksudkan untuk menyediakan informasi tentang status organisasi atau aktivitasnya. Laporan bulanan, triwulan, atau catur wulan atau tahunan oleh Kepala Bagian, Kepala Sekolah atau Pimpinan Pesero kepada pemegang pesero adalah contoh-contoh laporan periodis.
2. Laporan Kemajuan
Laporan yang diserahkan guna menyediakan informasi tentang kemajuan suatu rencana usaha, seperti pembangunan bendungan dan proyek penelitian.
3. Laporan Hasil Uji
Laporan yang diserahkan guna menyediakan laporan tangan pertama tentang pengetahuan suatu benda (biasanya berupa kesimpulan), seperti kondisi suatu bangunan, pabrik, atau sumber alam.
4. Laporan Rekomendasi
Laporan yang diserahkan guna menyediakan keterangan dasar atau pujian terhadap sesuatu guna pertimbangan dalam tindakan berikutnya. Misalnya, laporan tentang letak daerah atau lokasi pabrik atau gedung bioskop, dan nasihat cara menaikkan efisiensinya.
5. Laporan Penelitian
Laporan yang diserahkan untuk memberi tahu tentang penemuan yang tidak diketahui sebelumnya dan diperoleh dari percobaan, penyelidikan, kuesioner, data akumulasi, dan sebagainya. Berbagai laboratorium lembaga penelitian, universitas, stasiun pertanian, stasiun meteorologi, kantor pemerintah, dan organisasi penelitian swasta secara tetap menerbitkan laporan-laporan itu.
Dengan melihat penggolongan laporan ilmiah tersebut, suatu prinsip yang dapat ditemui dalam setiap laporan ilmiah adalah kaidah-kaidah ilmiahnya, yang mungkin berbeda-beda menurut setiap bidang ilmu. Walaupun sangat beragam dan variatif, macam laporan ilmiah dapat dikategorikan menjadi hal-hal berikut.
1. Laporan kemajuan, yaitu laporan yang disampaikan untuk melihat perkembangan kemajuan atau langkah yang telah ditempuh, untuk melihat kemungkinan munculnya kesulitan dan bagaimana rencana antisipasinya.
2. Laporan akhir; laporan ini dapat didahului laporan kemajuan untuk melihat pencapaian yang diperoleh antara yang dicerminkan dalam usulan penelitian, laporan kemajuan, dan laporan akhir.
3. Laporan berkala; disusun untuk melihat suatu kinerja yang melibatkan karakter keilmiahan, dalam suatu periode waktu tertentu sehingga dapat diperoleh suatu gambaran dinamika dari periode yang satu dengan periode lainnya.
4. Laporan hasil uji; laporan ini perlu juga menyertakan rekomendasi, setelah disampaikan informasi ilmiah tentang sesuatu, karena dimungkinkan akan menjadi dasar suatu kebijakan tertentu.
Mengenai macam laporan ilmiah berupa laporan penelitian, penulis berpendapat bahwa dalam setiap laporan yang disertakan karakter “ilmiah”, dapat diasumsikan melalui suatu penelitian, karena terikat dengan kaidah ilmiah. Karakter ilmiah dan proses penelitian yang dimaksud adalah karena aspek ketelitian, kecermatan, merupakan hal yang penting dalam setiap laporan ilmiah. Penelitian dapat dilakukan baik melalui studi kepustakaan maupun menyertakan data empiris.
Macam Laporan
Menurut Mukayat Brotowidjojo
  • Laporan Periodis
  • Laporan Kemajuan
  • Laporan Hasil Uji
  • Laporan Rekomendasi
  • Laporan Penelitian
dalam rumusan lain:
  • Laporan Kemajuan
  • Laporan Akhir
  • Laporan Berkala
  • Laporan Hasil Uji

tugas minggu ke 7

Perbedaan Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Secara umum, perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Dari aspek kuantitatif, secara literal dapat dikatakan bahwa disertasi lebih berat bobot akademisnya daripada tesis dan tesis lebih berat bobot akademisnya daripada skripsi. Ketentuan ini hanya dapat diberlakukan untuk jenis karya ilmiah yang sama (sama-sama hasil penelitian kuantitatif atau sama-sama hasil penelitian kualitatif; dan dalam bidang studi yang sama pula (misalnya sama-sama tentang bahasa atau sama-sama tentang ekonomi). Artinya, disertasi mencakup bahasan yang lebih luas daripada tesis, dan tesis mencakup bahasan yang lebih luas atau lebih dalam daripada skripsi. 

Namun ukuran kuantitas ini tidak dapat diberlakukan jika skripsi, tesis, dan disertasi dibanding-bandingkan antarbidang studi atau antarjenis penelitian. Oleh karena itu perbedaan skripsi, tesis, dan disertasi biasanya tidak hanya dilihat dari aspek kuantitatif, tetapi lebih banyak dilihat dari aspek kualitatif.

Pada dasarnya, aspek-aspek kualitatif yang membedakan skripsi, tesis, dan disertasi dapat dikemukakan secara konseptual, namun sulit untuk dikemukakan secara operasional. Berikut dikemukakan aspek-aspek yang dapat membedakan skripsi, tesis, dan disertasi, terutama yang merupakan hasil penelitian kuantitatif.

Aspek Permasalahan
Penulis disertasi dituntut untuk mengarahkan permasalahan yang dibahas dalam disertasinya agar temuannya dapat memberikan sumbangan "asli" bagi ilmu pengetahuan, sedangkan penulis tesis diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan. Sumbangan yang demikian itu tidak dituntut dari penulis skripsi.

Identifikasi masalah untuk skripsi dapat didasarkan atas informasi dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan, akan tetapi identifikasi masalah untuk tesis—terlebih lagi untuk disertasi—perlu didasarkan atas teori-teori yang berasal dari sejumlah hipotesis yang telah teruji. Masalah yang dikaji dalam skripsi cenderung pada masalah-masalah yang bersifat penerapan ilmu, sedangkan dalam tesis dan disertasi harus cenderung ke arah pengembangan ilmu.

Aspek Kajian Pustaka
Dalam mengemukakan hasil kajian pustaka, penulis skripsi hanya diharapkan untuk menjelaskan keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian lain dengan topik yang sama. Penulis tesis tidak hanya diharapkan mengemukakan keterkaitannya saja, tetapi juga harus menyebutkan secara jelas persamaan dan perbedaan antara penelitiannya dengan penelitian lain yang sejenis. Penulis disertasi diharapkan dapat (a) mengidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas, (b) mengemukakan pendapat pribadinya setiap kali membahas hasil-hasil penelitian lain yang dikajinya, (c) menggunakan kepustakaan dari disiplin ilmu lain yang dapat memberikan implikasi terhadap penelitian yang dilakukan, dan (d) memaparkan hasil pustakanya dalam kerangka berpikir yang konseptual dengan cara yang sistematis.

Pustaka yang dijadikan sumber acuan dalam kajian pustaka pada skripsi seyogyanya menggunakan sumber primer dan dapat juga menggunakan sumber sekunder, namun pustaka yang menjadi bahan acuan dalam tesis diharapkan berasal dari sumber-sumber primer (hasil-hasil penelitian dalam laporan penelitian, seminar hasil penelitian, dan jurnal-jurnal penelitian). Untuk disertasi, penggunaan sumber primer merupakan keharusan.

Aspek Metodologi Penelitian
Penulis skripsi dituntut untuk menyebutkan apakah sudah ada upaya untuk memperoleh data penelitian secara akurat dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang valid. Bagi penulis tesis, penyebutan adanya upaya saja tidak cukup. Dia harus menyertakan bukti-bukti yang dapat dijadikan pegangan untuk menyatakan bahwa instrumen pengumpul data yang digunakan cukup valid. Bagi penulis disertasi, bukti-bukti validitas instrumen pengumpul data harus dapat diterima sebagai bukti-bukti yang tepat.

Dalam skripsi, penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data tidak harus dikemukakan, sedangkan dalam tesis dan terlebih lagi dalam disertasi penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data harus dikemukakan, beserta alasan-alasannya, sejauh mana penyimpangan tersebut, dan sejauh mana penyimpangan tersebut masih dapat ditoleransi.

Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam skripsi tidak harus diverifikasi dan tidak harus disebutkan keterbatasan keberlakuannya, sedangkan asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam tesis, terlebih lagi dalam disertasi, harus diusahakan verifikasinya dan juga harus dikemukakan keterbatasan keberlakuannya.
Dalam penelitian kuantitatif, skripsi dapat mencakup satu variabel saja, tesis dua variabel atau lebih, sedangkan disertasi harus mencakup lebih dari dua variabel. Namun kriteria ini harus disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian kualitatif, skripsi dapat ditulis berdasarkan studi kasus tunggal dan dalam satu lokasi saja, sedangkan tesis dan terutama disertasi seyogyanya didasarkan pada studi multikasus dan multisitus.

Aspek Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dipaparkan dalam kesimpulan skripsi harus didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Dalam tesis dan disertasi, hasil penelitian yang dikemukakan, selain didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, juga harus dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang sejenis. Oleh karena itu dalam tesis dan disertasi perlu ada bab tersendiri yang menyajikan pembahasan hasil penelitian. Bab yang berisi pembahasan hasil penelitian diletakkan sesudah bab yang berisi sajian hasil analisis data, sebelum bab yang berisi kesimpulan dan saran.

Pengajuan saran pada bagian akhir skripsi tidak harus dilengkapi dengan argumentasi yang didukung oleh hasil penelitian, sedangkan saran-saran yang dikemukakan dalam tesis dan disertasi harus dilengkapi dengan argumentasi yang didukung oleh hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.
Hasil penelitian skripsi yang ditulis dalam bentuk artikel hendaknya diarahkan untuk da­pat diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang bermutu, sedangkan hasil penelitian tesis dan disertasi harus memenuhi kualifikasi layak terbit dalam jurnal ilmiah yang bermutu.

Aspek Kemandirian
Selain didasarkan pada keempat aspek tersebut, skripsi, tesis, dan disertasi juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemandirian mahasiswa dalam proses pelaksanaan penelitian dan penulisan naskah karya ilmiah. Secara umum dapat dinyatakan bahwa proses penelitian dan penulisan disertasi lebih mandiri daripada tesis, dan proses penelitian dan penulisan tesis lebih mandiri daripada skripsi. Secara kuantitatif dapat diilustrasikan sebagai berikut. Untuk disertasi kira-kira 90% dari naskah tersebut adalah karya asli mahasiswa penulisnya, sedangkan sisanya (10%) merupakan cerminan dari bantuan, bimbingan, serta arahan para dosen pembimbing. Untuk tesis, persentase karya asli mahasiswa bisa lebih kecil daripada disertasi; dan untuk skripsi, persentase karya asli mahasiswa bisa lebih kecil daripada tesis.

Artikel, Makalah, dan Laporan Penelitian
Artikel ilmiah adalah karya tulis yang dirancang untuk dimuat dalam jurnal atau buku kumpulan artikel yang ditulis dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati atau ditetapkan. Artikel ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa, dosen, pustakawan, peneliti, dan penulis lainnya dapat diangkat dari hasil penelitian lapangan, hasil pemikiran dan kajian pustaka, atau hasil pengembangan proyek. Dari segi sistematika penulisan dan isinya, artikel dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu artikel hasil penelitian dan artikel nonpenelitian. Setiap mahasiswa penulis skripsi, tesis, dan disertasi sangat dianjurkan menuliskan kembali karyanya dalam bentuk artikel untuk diterbitkan dalam jurnal. Tata cara penulisan artikel ilmiah diuraikan pada Bagian III buku pedoman ini.

Makalah adalah karya tulis yang memuat pemikiran tentang suatu masalah atau topik tertentu yang ditulis secara sistematis dan runtut dengan disertai analisis yang logis dan objektif. Makalah ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan oleh dosen atau ditu­lis atas inisiatif sendiri untuk disajikan dalam forum ilmiah.

Laporan penelitian adalah karya tulis yang berisi paparan tentang proses dan hasil-hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan penelitian.

Selasa, 25 Maret 2014

penalaran

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Dalam membuat suatu karangan ilmiah banyak membahas fakta secara logis dan sistematik dengan tata bahasa yang baik dan benar. Berarti untuk menulis karangan ilmiah diperlukan kemampuan menalar secara ilmiah. Oleh karena itu kita perlu memahami prinsip-prinsip yang berlaku  didalam proses penalaran ilmiah. Dengan mempelajari penalaran, akan memperoleh pengetahuan mengenai  definisi,kalimat efektif,paragraph, dan pengembangan karangan.Melalui proses penalaran,kita dapat sampai pada kesimpulan yang mungkin berupa asumsi,hipotesis,teori, atau keputusan lainnya.

B.     RU MUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1.      Bagaimana cara penalaran yang baik menurut tata Bahasa Indonesia?

C.    TUJUAN
Tujuan Umum:
Dapat memahami proses penalaran ilmiah secara memadai.
                    Tujuan Khusus:
1.      Dapat menarik kesimpulan dengan membedakan secara deduktif dan induktif.
2.      Jika ada faktanya maka dapat menarik kesimpulan induktif
3.      Jika ada premisnya maka dapat menarik kesimpulan deduktif.
4.      Jika ada silogisme dapat mengubahnya menjadi entimen.
5.      Jika ada entimen, dapat mengubahnya menjadi silogisme.
6.      Jika ada pernyataan yang mengandung salah nalar, maka dapat menjelaskan kesalahan nalar itu.




D.    MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat memperdalam teori keilmuan tentang tata Bahasa Indonesia khususnya tentang proses penalaran. Dan setelah membaca makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi yang ingin membuat  karangan ilmiah dan sebagainya.























BAB II
PENALARAN

A.                BEBERAPA PENGERTIAN
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang logis berdasarkan atas evidensi yang relevan. Dengan demikian, penalaran adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh tidak. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan harus dalam bentuk kalimat pernyataan.           
1.      Proposisi dan Term
Proposisi adalah kalimat yang berisi pernyataan tentanghubungan antara fakta –fakta (subjek dan predikat). Term adalah kata atau kelompok kata yang dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi. Namun proposisi juga dapat diartikan sebagai kalimat pernyataan tentang hubungan antara fakta-fakta yang dapat dinilai benar atau salah. Suatu proposisi mempunyai subjek dan predikat yang berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat digolongkan dalam proposisi. Hanya kalimat berita netral yang dapat disebut proposisi.

Seorang ahli logika bangsa Swiss bernama Euler pada abad XVII menemukakan konsepnya, empat jenis proposisi dengan lima macam posisi lingkaran (lingkaran Euler). Keempat jenis proposisi itu yaitu:
a.       Suatu pangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Contoh: Semua sehat adalah semua tidak sakit.
Oval: S = P                                                                 

b.      Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perngkat predikat.

Contoh: Semua sepeda beroda.
Flowchart: Connector: SOval:  P                 

Flowchart: Connector: POval: SSebagian binatang adalah kera.

c.       Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat.
Contoh: Tidak seorang pun manusia adalah binatang.
Flowchart: Connector: PFlowchart: Connector: S                 

d.      Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Contoh: Sebagian kaca tidaklah bening.
Oval: POval: S                 


2.      Jenis-jenis Proposisi
Berdasarkan bentuknya, preposisi dibagi atas 2, yaitu:
a.                   Proposisi Tunggal
Proposisi tunggal hanya mengandung satu pertanyaan.
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan
b.                   Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan,
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan dan calon pemimpin .

Berdasarkan sifatnya,proposisi dibagi 2, yaitu:
a.                   Proposisi Kategorial
 Proposisi Kategorial adalah hubungan subjek dan predikat terjadi tanpa     syarat.
    Contoh: Sebagian binatang berkaki empat.
b.                   Proposisi Kondisional
   Proposisi Kondisional adalah hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan suatu syarat yang dapat diingat sebelum peristiwa berlangsung.
     Proposisi Kondisional dibagi 2, yaitu:
1)                  Proposisi Kondisional Hipotesis,yang terdiri anteseden (syarat) dan konsekuen (akibat).
Contoh: Kalau metodenya diubah (anteseden), maka hasilnya akan berbeda (konsekuen).
2)                  Preposisi kondisional Disjungtif, yaitu suatu alternate atau pilihan.
Contoh: Kita akan melanjutkan diskusi ini, atau bubar saja.

Berdasarkan kualitasnya, preposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a.                   Preposisi Positif (afirmatif)
Preposisi positif (afirmatif) adalah preposisi yang membenarkan adanyapersesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian mahasiswa tidak melekukan KKN.
b.                   Preposisi Negatif
Preposisi negatif adalah preposisi yang menyatakan tidak ada hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a.                   Proposisi Universal
Proposisi universal adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh objek.
Contoh: Semua dokter adalah orang pintar
                         Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.
b.                  Proposisi Khusus
Proposisi khusus adalah predikat  proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjek.
Contoh: Sebagian mahasiswa gemar olahraga.

3.      Bentuk-bentuk Preposisi
Berdasarkan dua jenis preposisi yaitu preposisi kuantitas (umum dan khusus) dan proposisi kualitas (positif dan negatif) didapatkan empat macam proposisi, antara lain:
a.                   Proposisi Umum positif
Proposisi umum positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan keseluruhan asubjek yang disebut proposisi A.
b.                  Proposisi Umum Negatif
Proposisi umum negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari keseluruhan subjek yang disebut proposisi E.
c.                   Proposisi Khusus Positif
Proposisi khusus positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek yang disebut proposisi I.
d.                  Proposisi Khusus Negatif
Proposisi khusus negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari sebagian subjek yang disebut proposisi O.

B.                 PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip hukum,teori atau keputusan lainnya yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Penalaran deduktif bertolak dari sebuah kesimpulan yang didapat dari satu pernyataan yang umum. Proposisi tempat menarik kesimpulan disebut premis. Penarikan kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1.      Menarik Kesimpulan Secara Langsung
            Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
            Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis)
                         Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2.      Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung, antara lain:
a.      Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi yang terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan. Premis bersifat umum disebut premis mayor dan bersifat khusus disebut premis minor. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor. Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah.
 Contoh:    Semua manusia bijaksana.
                        Semua polisi adalah manusia.
                        Jadi, semua polisi bijaksana.
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1)   Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor dan term simpulan.
2)   Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
3)                            Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan .
4)                            Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5)                            Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6)                            Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)                            Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8)   Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak dapat ditarik satu simpulan.

b.   Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis terdiri atas mayor yang berproposisi kondisional hipotesis. Kalau premis minornya membenarkan anteseden, maka simpulannya membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
            Contoh: Jika besii dipanaskan, besi akan memuai.
              Besi dipanaskan.
              Jadi, besi memuai

c.         Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minor membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya akan menolak alternatif lain.
Contoh: Dia adalah seorang kiai atau professor.
              Dia seorang kiai
              Jadi, dia bukan seorang professor.

d.      Entimen
Entimen adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena sudah diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh: Dia menerima hadiah peertama karena dia telah menang dalam  sayembara itu.
C.                PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan kesimpulan umum. Proses penalaran induktif dibatasi sebagai proses penalaran untuk sampai kepada suatu keputusan, prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk penalaran induktif antara lain:
1.        Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang bersifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
   Contoh: Jika dipanaskan, besi memuai.
                          Jika dipanaskan, tembaga memuai.
  Jika dipanaskan, emas memuai
                         Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.


Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a.            Data itu harus memadai jumlahnya
b.            Data itu harus mewakili keseluruhan
c.            Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.

2.      Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat sama.
     Contoh: Nina adalah lulusan akademi A.
  Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
  Ali adalah lulusan akademi A.
  Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi yaitu:
a.     Meramalkan kesamaan
b.    Menyingkapkan kekeliruan
c.     Menyusun klasifikasi.

3.      Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antar masalah, sebagai berikut:
a.     Sebab – Akibat
Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.
b.    Akibat- Sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan simpulan.
c.     Akibat- Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.
           


D.                SALAH NALAR
Salah nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran, kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Salah nalar dapat disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:
1.      Deduksi Yang Salah
Deduksi yang salah terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi syarat.
     Contoh: Pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin.
2.      Generalisasi Terlalu Luas
Generalisasi terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh: Orang Makasar pandai berdayung.
3.      Pemilihan Terbatas Pada Dua alternatif
Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”.
Contoh: Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan serba        
              kekurangan dan hidup di kampong dengan menanggung malu.
4.      Penyebab Yang Salah Nalar
Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.
Contoh:    Sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para leluhurnya, dia hamil.
5.      Analogi Yang Salah
  Apabila orang menganologikan sesuatu denagn yang lain dan beranggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi lainnya. Contoh: Sumini, seorang alumni Universitas Indonesia, dapat        menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Tata, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6.      Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Kamu tidak boleh kawin dengan Verdo karena orang tua verdo itu bekas penjahat.
7.      Meniru-niru Yang Sudah Ada
Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan jika atasan kita melakukan hal itu.
Contoh: Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya karena para undangan yang menghadiriacara pembukaan pun sudah pulang semua.
8.      Penyemarataan Para Ahli
Salah nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan pandangan yang sama dan mengakibatkan kekeliruan mengambil kesimpulan.
Contoh: Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran Toto, seorang ahli di bidang perikanan.