BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam
membuat suatu karangan ilmiah banyak membahas fakta secara logis dan
sistematik dengan tata bahasa yang baik dan benar. Berarti untuk menulis
karangan ilmiah diperlukan kemampuan menalar secara ilmiah. Oleh karena
itu kita perlu memahami prinsip-prinsip yang berlaku didalam proses penalaran ilmiah. Dengan mempelajari penalaran, akan memperoleh pengetahuan mengenai definisi,kalimat
efektif,paragraph, dan pengembangan karangan.Melalui proses
penalaran,kita dapat sampai pada kesimpulan yang mungkin berupa
asumsi,hipotesis,teori, atau keputusan lainnya.
B. RU MUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Bagaimana cara penalaran yang baik menurut tata Bahasa Indonesia?
C. TUJUAN
Tujuan Umum:
Dapat memahami proses penalaran ilmiah secara memadai.
Tujuan Khusus:
1. Dapat menarik kesimpulan dengan membedakan secara deduktif dan induktif.
2. Jika ada faktanya maka dapat menarik kesimpulan induktif
3. Jika ada premisnya maka dapat menarik kesimpulan deduktif.
4. Jika ada silogisme dapat mengubahnya menjadi entimen.
5. Jika ada entimen, dapat mengubahnya menjadi silogisme.
6. Jika ada pernyataan yang mengandung salah nalar, maka dapat menjelaskan kesalahan nalar itu.
D. MANFAAT
Makalah
ini diharapkan dapat memperdalam teori keilmuan tentang tata Bahasa
Indonesia khususnya tentang proses penalaran. Dan setelah membaca
makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi yang
ingin membuat karangan ilmiah dan sebagainya.
BAB II
PENALARAN
PENALARAN
A. BEBERAPA PENGERTIAN
Penalaran
adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan yang logis
berdasarkan atas evidensi yang relevan. Dengan demikian, penalaran
adalah proses penafsiran fakta sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.
Data atau fakta yang dinalarkan itu boleh benar dan boleh tidak. Data
yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu kesimpulan
harus dalam bentuk kalimat pernyataan.
1. Proposisi dan Term
Proposisi
adalah kalimat yang berisi pernyataan tentanghubungan antara fakta
–fakta (subjek dan predikat). Term adalah kata atau kelompok kata yang
dapat dijadikan subjek atau predikat dalam sebuah kalimat proposisi.
Namun proposisi juga dapat diartikan sebagai kalimat pernyataan tentang
hubungan antara fakta-fakta yang dapat dinilai benar atau salah. Suatu
proposisi mempunyai subjek dan predikat yang berbentuk kalimat, tetapi
tidak semua kalimat digolongkan dalam proposisi. Hanya kalimat berita
netral yang dapat disebut proposisi.
Seorang
ahli logika bangsa Swiss bernama Euler pada abad XVII menemukakan
konsepnya, empat jenis proposisi dengan lima macam posisi lingkaran
(lingkaran Euler). Keempat jenis proposisi itu yaitu:
a. Suatu pangkat yang tercakup dalam subjek sama dengan perangkat yang terdapat dalam predikat.
Contoh: Semua sehat adalah semua tidak sakit.
b. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek menjadi bagian dari perngkat predikat.
Contoh: Semua sepeda beroda.
Sebagian binatang adalah kera.
c. Suatu perangkat yang tercakup dalam subjek berada diluar perangkat predikat.
Contoh: Tidak seorang pun manusia adalah binatang.
d. Sebagian perangkat yang tercakup dalam subjek berada di luar perangkat predikat.
Contoh: Sebagian kaca tidaklah bening.
2. Jenis-jenis Proposisi
Berdasarkan bentuknya, preposisi dibagi atas 2, yaitu:
a. Proposisi Tunggal
Proposisi tunggal hanya mengandung satu pertanyaan.
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan
b. Proposisi Majemuk
Proposisi majemuk mengandung lebih dari satu pernyataan,
Contoh: Semua mahasiswa adalah agen perubahan dan calon pemimpin .
Berdasarkan sifatnya,proposisi dibagi 2, yaitu:
a. Proposisi Kategorial
Proposisi Kategorial adalah hubungan subjek dan predikat terjadi tanpa syarat.
Contoh: Sebagian binatang berkaki empat.
b. Proposisi Kondisional
Proposisi
Kondisional adalah hubungan antara subjek dan predikat terjadi dengan
suatu syarat yang dapat diingat sebelum peristiwa berlangsung.
Proposisi Kondisional dibagi 2, yaitu:
1) Proposisi Kondisional Hipotesis,yang terdiri anteseden (syarat) dan konsekuen (akibat).
Contoh: Kalau metodenya diubah (anteseden), maka hasilnya akan berbeda (konsekuen).
2) Preposisi kondisional Disjungtif, yaitu suatu alternate atau pilihan.
Contoh: Kita akan melanjutkan diskusi ini, atau bubar saja.
Berdasarkan kualitasnya, preposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Preposisi Positif (afirmatif)
Preposisi positif (afirmatif) adalah preposisi yang membenarkan adanyapersesuaian hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian mahasiswa tidak melekukan KKN.
b. Preposisi Negatif
Preposisi negatif adalah preposisi yang menyatakan tidak ada hubungan antara subjek dan predikat.
Contoh: Sebagian orang jompo tidaklah pelupa.
Berdasarkan kuantitasnya, proposisi dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Proposisi Universal
Proposisi universal adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh objek.
Contoh: Semua dokter adalah orang pintar
Tidak seorang dokter pun adalah orang yang tak pintar.
b. Proposisi Khusus
Proposisi khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjek.
Contoh: Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
3. Bentuk-bentuk Preposisi
Berdasarkan
dua jenis preposisi yaitu preposisi kuantitas (umum dan khusus) dan
proposisi kualitas (positif dan negatif) didapatkan empat macam
proposisi, antara lain:
a. Proposisi Umum positif
Proposisi umum positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan keseluruhan asubjek yang disebut proposisi A.
b. Proposisi Umum Negatif
Proposisi umum negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari keseluruhan subjek yang disebut proposisi E.
c. Proposisi Khusus Positif
Proposisi khusus positif adalah proposisi yang predikatnya membenarkan sebagian subjek yang disebut proposisi I.
d. Proposisi Khusus Negatif
Proposisi khusus negatif adalah proposisi yang predikatnya mengingkari sebagian subjek yang disebut proposisi O.
B. PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran
deduktif didasarkan atas prinsip hukum,teori atau keputusan lainnya
yang berlaku umum untuk suatu hal ataupun gejala. Penalaran deduktif
bertolak dari sebuah kesimpulan yang didapat dari satu pernyataan yang
umum. Proposisi tempat menarik kesimpulan disebut premis. Penarikan
kesimpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Menarik Kesimpulan Secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Contoh: Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2. Menarik Kesimpulan Secara Tidak Langsung
Simpulan
secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Premis
pertama bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus. Beberapa jenis
penalaran deduksi dengan penarikan kesimpulan secara tidak langsung,
antara lain:
a. Silogisme Kategorial
Silogisme
kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi yang
terdiri dari dua proposisi premis dan satu proposisi kesimpulan. Premis
bersifat umum disebut premis mayor dan bersifat khusus disebut premis
minor. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut
term mayor. Untuk menghasilkan kesimpulan harus ada term penengah.
Contoh: Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu term mayor, term minor dan term simpulan.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan .
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7) Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8) Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negative tidak dapat ditarik satu simpulan.
b. Silogisme Hipotesis
Silogisme
hipotesis terdiri atas mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membenarkan anteseden, maka simpulannya
membenarkan konsekuen begitu juga sebaliknya.
Contoh: Jika besii dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai
c. Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau
premis minor membenarkan salah satu alternatif, maka simpulannya akan
menolak alternatif lain.
Contoh: Dia adalah seorang kiai atau professor.
Dia seorang kiai
Jadi, dia bukan seorang professor.
d. Entimen
Entimen
adalah bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena sudah
diketahui secara umum,tetapi yang dikemukakan hanya premis minor dan
simpulan.
Contoh: Dia menerima hadiah peertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
C. PENALARAN INDUKTIF
Penalaran
induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang
khusus dan menghasilkan kesimpulan umum. Proses penalaran induktif
dibatasi sebagai proses penalaran untuk sampai kepada suatu keputusan,
prinsip, atau sikap yang bersifat umum maupun khusus berdasarkan
pengamatan atas hal-hal yang khusus. Beberapa bentuk penalaran induktif
antara lain:
1. Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang
bersifat tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh: Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
Benar atau tidaknya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dengan cara:
a. Data itu harus memadai jumlahnya
b. Data itu harus mewakili keseluruhan
c. Data-data yang bersifat khusus tidak dapat dijadikan data.
2. Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang bersifat sama.
Contoh: Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi yaitu:
a. Meramalkan kesamaan
b. Menyingkapkan kekeliruan
c. Menyusun klasifikasi.
3. Hubungan Kausal
Hubungan
kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan
antar masalah, sebagai berikut:
a. Sebab – Akibat
Akibat dari satu peristiwa yang dianggap penyebab lebih dari satu.
b. Akibat- Sebab
Akibat- sebab mirip dengan entimen karena peristiwa sebab merupakan simpulan.
c. Akibat- Akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada “akibat” yang lain.
D. SALAH NALAR
Salah
nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran,
kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh
ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Salah nalar dapat
disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:
1. Deduksi Yang Salah
Deduksi
yang salah terjadi karena orang salah mengambil simpulan dari suatu
silogisme dengan diawali oleh premis yang salah atau tidak memenuhi
syarat.
Contoh: Pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin.
2. Generalisasi Terlalu Luas
Generalisasi
terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang mendukung
generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya generalisasi itu sehingga
simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh: Orang Makasar pandai berdayung.
3. Pemilihan Terbatas Pada Dua alternatif
Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan pemilihan “itu” atau “ini”.
Contoh: Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan serba
kekurangan dan hidup di kampong dengan menanggung malu.
4. Penyebab Yang Salah Nalar
Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.
Contoh: Sejak ia memperhatikan dan membersihkan kuburan para leluhurnya, dia hamil.
5. Analogi Yang Salah
Apabila
orang menganologikan sesuatu denagn yang lain dan beranggapan persamaan
salah satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi lainnya.
Contoh: Sumini, seorang alumni Universitas Indonesia, dapat menyelesaikan
tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu, Tata, seorang alumni Universitas
Indonesia, tentu dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Kamu tidak boleh kawin dengan Verdo karena orang tua verdo itu bekas penjahat.
7. Meniru-niru Yang Sudah Ada
Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan jika atasan kita melakukan hal itu.
Contoh:
Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya karena para undangan
yang menghadiriacara pembukaan pun sudah pulang semua.
8. Penyemarataan Para Ahli
Salah
nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu dengan
pandangan yang sama dan mengakibatkan kekeliruan mengambil kesimpulan.
Contoh: Pembangunan pasar swalayan itu sesuai dengan saran Toto, seorang ahli di bidang perikanan.